Bismillahirrahmanirrahim...
Bicara tentang Kampus dan
Mahasiswa tak lepas dari pembahasan problematika yang melingkupinya. Whatever,
semua pasti kenal dengan jargon ini “The agent of change” yang disematkan pada
Mahasiswa. Yups, ini bukan sembarang jargon. Sebab pada dasarnya Mahasiswa yang
notabene adalah kaum intelektual memang diharapkan
dan seharusnya menjadi sosok yang mampu mengawal perubahan, mampu berinovasi,
menjadi pelopor perubahan, dan menjadi
mercusuar peradaban. Kenapa? Karena mereka adalah orang-orang cerdas,
kritis, peduli, berani, dan penuh semangat muda yang menggelora. Sejarah
membuktikan kepada kita aksi mahasiswa dan pemuda yang berhasil mewujudkan hal
itu. Remember para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan, mereka adalah para
pemuda (bukan bapak2 atau kakek2, hehe) dan banyak kisah lainnya.
Tau gak?? Muhammad Al Fatih,
panglima perang usia 18 tahun yang berhasil memenangkan Kaum Muslimin dan
menaklukkan Peradaban besar waktu itu yakni Konstantinopel. Ada lagi Imam
Syafi’I, pemuda usia 13 tahun yang telah menjadi Ulama dan kitab” hasil
karyanya masih dijadikan rujukan hingga sekarang. Ada lagi Aisyah ra, istri
rasulullah yang pada usia belasan tahun telah mampu menguasai berbagai ilmu.
Masa sih? Kok gak Nampak pada
sosok mahasiswa sekarang ya?? (wajar kalo kalian berfikir demikian) karena
realita dihadapan kita saat ini memang seperti itu. Jargon “The agent of
change” seolah lenyap. Mahasiswa kini tersibukkan oleh aktivitas perkuliahan
serba instan dengan niat segera bekerja dan menghasilkan uang. Walhasil sosok
cerdas, kritis, peduli, berani, dan penuh semangat muda yang menggelora itu
terkungkung dalam paradigma rusak individualisme, hedonisme, kapitalisme, dan
sekulerisme. Apaan tuh? Yang jelas itu bukan nama makanan ya,hehe.
Yup, paham individualisme ini
membentuk mahasiswa menjadi sosok yang cuek dan tak peduli kecuali untuk
kepentingannya sendiri, study oriented, money oriented, dan kejar2 popularitas. Loe-loe, gue-gue. Mau BBM Naik, kemiskinan, korupsi,
pergaulan bebas, dsb merajalela, gak pusing yang penting gue aman n nyaman.
Hedonisme membentuk mahasiswa
menjadi budak 3F (fun,food,fashion), terjebak kehidupan serba bebas, menabrak
segala norma masyarakat dan bahkan aturan agama! Dan akhirnya mereka pada
‘kecelakaan’, MBA mewabah, keperawanan gak lagi berharga.
Kapitalisme membentuk mahasiswa
menjadi pemuja materi/uang, menghalalkan segala cara untuk cepat kerja. Jadilah
mereka sarjana-sarjana instan yang hanya bisa menjadi pembebek tak mampu
menjadi pelopor dan pemimpin. Demo sana sini tapi miskin solusi. Segala sesuatu
diukur berdasarkan asas manfaat, bukan lagi halal-haram. Asal ngerasa
bermanfaat, semua dilakoni meski jelas bertentangan dengan aturan Allah SWT.
Sekulerisme yang memisahkan
antara agama dengan urusan kehidupan menjadikan mahasiswa berorientasi duniawi.
Ngomongin agama hanya pas di masjid, pas ramadhan, pas belajar mata kuliah
agama, di luar itu agama disimpan rapat2 gak ngatur kehidupan. Merasa cukup
dengan sholat, puasa, ngaji. Tapi untuk aturan pergaulan, berpakaian, ekonomi,
dsb aturan Islam jauh-jauh deh.
Ngeri banget ya??
So, be mahasiswa ++ agar kita gak
terjebak dan menjadi mahasiswa-mahasiswaan apalagi sebagai muslimah, we must be
different n be the best! We must opening our mind n move on menjadi sosok
mahasiswa sesungguhnya yang berideologi Islam, menjadikan Islam sebagai standar
segala perbuatan dan aktivitas kita, menjadi sosok yang cerdas dengan kedalaman
ilmu yang kita miliki, menjadi sosok yang peduli dan berani karena dorongan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Yupz We can Do it!!!